Friday, 2 December 2016

Saat TERAKHIR SITI MARYAM. SUBHANALLAH!

 
 
Cerita tentang Siti Mariyam ini saya share dari facebook. Pernah dengar cerita ni dari seorang ustaz tentang kematiannya dalam keadaan berpuasa dan ketiadaan makanan untuk berbuka. Demikianlah ujian berat yang dihadapi oleh para nabi. Jika mereka sakit, kesakitan mereka adalah dua kali melebihi kesakitan yang kita rasai. :

Bismillah ... Nabi Isa as ini pernah merasakan kehilangan yang sangat luar biasa.

Bagaimana tidak, pada saat ibunda tercintanya meninggal, Nabi Isa as tidak berada di sisinya. Maryam menghembuskan nafas terakhirnya di atas sebuah gunung.

Pada saat itu, Nabi Isa as merasakan kehampaan yang luar biasa. Sosok ibu yang sangat beliau sayangi dan selalu menjadi teman curhatnya telah meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.

Begitu sedihnya Nabi Isa as, hingga saat dirinya turun gunung untuk meminta bantuan kaum Bani Israil untuk mengurus jenazah ibunya, tapi tak seorangpun dari mereka yang bersedia membantu. Nabi Isa as pun kembali naik ke atas gunung dimana jenazah ibunya berada. Gelisah dan gelisah yang Nabi Isa as rasakan.

Namun tak lama setelah itu, Allah SWT mengutus Malaikat Jibril dan Malaikat Mikail agar turun ke bumi dengan membawa serta bidadari untuk mengurus jenazah ibunda Nabi Isa as.
Setelah bertemu dengan para malaikat dan para bidadari, Nabi Isa as pun segera meminta pertolongan untuk memakamkan jenazah ibunya.

Saat itu, Malaikat Jibril berhadapan dengan Nabi Isa as dan berkata,
"Aku ini sebenarnya adalah Malaikat Mikail dan sahabatku ini adalah Malaikat Jibril. Aku sudah membawakan obat tubuh dan kain kafan dari Tuhanmu dan para bidadari cantik jelita sekarang sedang turun dari surga untuk memandikan dan mengkafani ibumu."

Begitu mendengar penuturan Malaikat Mikail tersebut, Nabi Isa as pun sangat bahagia.

Tak lama kemudian, Malaikat Jibril menggali kubur di atas gunung untuk makam Ibunda Nabi Isa as.

Ketika para bidadari telah sampai di bumi, mereka langsung memandikan dan mengkafani jenazah Maryam. Setelah itu, jenazah Maryam dishalatkan kemudian dikuburkan.

Nabi Isa as pun berdoa kepada Allah SWT,
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau mendengar kata-kataku dan tidak sedikitpun urusanku yang tersembunyi dari-Mu. Ibuku kini telah meninggal, sedangkan aku tidak menyaksikan sendiri ketika dia wafat. Olah karena itu, izinkanlah dia (Maryam) berkata sesuatu kepadaku."

Tak lama setelah Ibunda Nabi Isa as dimakamkan, Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Aku telah memberi izin kepadanya."
Mendengar Firman Allah SWT tersebut, Nabi Isa as pun langsung pergi ke makam ibunya.

Setelah sampai di makam, Nabi Isa as berkata,
"Assalamuualaiki ya ibu, bagaimanakah dengan tempat pembaringanmu dan tempat kembalimu dan bagaimana pula kedatangan Tuhanmu?"

Maryam berkata,
"Tempat pembaringanku dan tempat kembaliku adalah sebaik-baik tempat, sedangkan aku menghadap kepada Tuhanku, aku tahu bahwa Dia telah menerimaku dengan ridla."

"Wahai ibu, bagaimanakah rasa sakitnya mati?" tanya Nabi Isa as.

"Demi Allah SWT yang telah mengutusmu sebagai nabi dengan sebenar-benarnya, belum hilang rasa pedihnya mati aku rasakan hingga sekarang.

Demikian pula rupa Malaikat Maut yang belum hilang dari pandangan mataku.

Alaikassalam, wahai kasih sayangku sampai hari kiamat," jawab Maryam yang mengakhiri percakapannya.
Nabi Isa as pun merasa lega karena ibundanya telah mendapatkan nikmatnya kubur.

Nabi Isa pada detik-detik terakhir meninggalnya Maryam, beliau turun gunung untuk mencari kayu bakar dan makanan yang digunakan untuk berbuka puasa nantinya.

Dalam riwayat lain, dijelaskan bahwa Maryam meminta penundaan untuk mati sampai kembalinya Nabi Isa as. namun permintaan tersebut ditolak dengan tegas oleh Malaikat Maut.

Ibunda Maryam meninggal pada saat sedang menunaikan shalat, dikira Nabi Isa as, ibunya tengah menjalankan shalat hingga Nabi Isa pun turut juga melaksanakan shalat hingga pagi menjelang.
Setelah pagi inilah Nabi Isa as baru sadar, bahwa ibunya telah berpulang ke Rahmatullah.

sumber: melur hasanah

from Jom Dakwah http://ift.tt/2fSH5mK
via Kuliah Islam

No comments:

Post a Comment