Imran bin Khith-than dahulunya adalah seorang tokoh ulama Sunnah, namun akhirnya berubah menjadi tokoh khawarij tulen. Kisahnya, dia punya saudari sepupu berpemahaman khawarij bernama Hamnah. Karena kecantikannya, Imran jatuh cinta kepadanya dan hendak menikahinya. Tatkala ditegur oleh sebagian temannya, Imran menjawab, “Saya ingin menikahinya untuk mengentaskannya dari cengkeraman paham khawarij!” Namun, ternyata bukannya dia yang mengubah istrinya, malah dia yang diubah oleh istrinya sehingga menjadi khawarij tulen.1
Bahkan, pada babak berikutnya, Imran malah diangkat sebagai salah satu pemimpin besar gerakan Shafariyyah (sekte khawarij). Di dalam gerakan shafariyyah, Imran ditetapkan sebagai ahli fiqih, orator dan penyair mereka.2
Sedemikian jauhnya Imran bin Hith-than terbawa dalam arus paham khawarij, sampai-sampai dia memuji dan kagum kepada orang yang membunuh Ali bin Abi Thalib, yang bernama Abdurrahman bin Muljam.3
Di antara faedah kisah ini adalah apa yang disebutkan oleh Syaikh Bakr Abu Zaid –Rahimahullah- tatkala berkomentar tentang kisah ini, “Dengan demikian Anda mengetahui bahaya bergaul dan menikah dengan ahli bid’ah dan aliran-aliran sesat. Tidaklah perubahan drastis Iraq dari mayoritas Ahli Sunnah menjadi mayoritas Syi’ah melainkan karena Ahli Sunnah menikah dengan Syi’ah, sebagaimana dalam al-Khuthuth al-Aridhah oleh Muhibbuddin al-Khathib.” (An-Nazha’ir halaman 90-91)4
Disusun oleh Abu Aslam Benny Mahaputra A
Sumber : http://ift.tt/2xSf6xS
from Jom Dakwah http://ift.tt/2xSz23y
via Kuliah Islam
No comments:
Post a Comment