Khaulah Binti Malik, dia adalah sastrawati yang ulung sekaligus rajin beribadah. Ia selalu mengadukan segala permasalahannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Kisah perseteruannya dengan suaminya patut di kenang dan dijadikan pelajaran bagi para suami istri bila terjadi perbedaan atau pertengkaran.
Tentang kisah tersebut, Khaulah berkata, “Demi Allah, karena saya dan Aus Ibnush Shamit (Suaminya), Allah Swt. menurunkan surah Al Mujadalah. Saat itu, saya adalah istri dari seorang yang sudah lanjut usia (Aus Ibnush Shamit), buruk perangainya, dan menjemukan. Pada suatu hari, dia mengajakku berhubungan, namun saya menolaknya dengan beberapa alasan. Dia marah seraya berkata, ‘Bagiku kamu tak ubahnya seperti punggung ibuku.’ Setelah itu, dia keluar rumah dan duduk sebentar bersama kaumnya disebuah halaman lalu dia masuk lagi dan mengajakku berhubungan.
Seketika itu juga saya berkata, ‘Tidak’. Demi Allah jangan coba-coba mendekatiku. Kamu telah mengeluarkan kata-kata itu. Biarkan Allah dan Rasul-Nya yang menghukumi antara kita.” Lebih lanjut khaulah berkata, “Namun dia (suaminya) tetap bersikeras akan keinginannya sehingga ia berusaha mendekap saya tapi saya mengalahkannya sebagaimana layaknya seorang wanita muda mengalahkan orang yang sudah tua. Saya berhasil lari darinya sampai tiba di rumah Rasulullah Saw.
Di hadapan Rasulullah Saw., saya menceritakan apa yang terjadi antara saya dan suami saya. Rasullah Saw. bersabda, ‘Wahai Khaulah, anak pamanmu itu adalah orang tua, maka sabar dan bertakwalah kepada Allah.’
Tidak lama setelah itu, turunlah ayat Al Quran pada saat Rasulullah Saw. sedang berselimut untuk tidur. Rasulullah Saw. memanggil saya, ‘Wahai Khaulah, sesungguhnya Allah telah menurunkan beberapa ayat Al Quran karena kamu dan suamimu.’ Lalu beliau membacakan kepada saya firman Allah Swt.,
“Sesungguhnya, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. Orang-orang diantara kamu yang menzihar istrinya, (menganggap istrinya sebagai ibunya, padahal) istri mereka itu bukanlah ibunya. Ibu-ibu mereka hanyalah perempuan yang melahirkannya. Dan sesungguhnya mereka benar-benar telah mengucapkan suatu perkataan yang mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun.” (QS Al Mujadalah : 1-2)
Rasulullah Saw. berkata kepada Khaulah, “suruh suamimu untuk memerdekakan seorang budak.”
Khaulah berkata, “Demi Allah, dia (suamiku) tidak mempunyai apa-apa untuk memerdekakan seorang budak.”
Rasulullah Saw. berkata, “Kalau begitu, dia harus puasa dua bulan berturut-turut.”
Khaulah menjawab, “Demi Allah, dia sudah tua dan tidak sanggup lagi untuk itu (puasa).”
Rasulullah Saw. berkata, “Kalau begitu, dia harus memberi makanan kepada enam puluh orang miskin, setiap orang mendapat satu wasaq kurma.”
Khaulah menjawab, “Wahai Rasulullah, dia tidak mempunyaia sedikit pun dari itu (puasa).”
Rasulullah Saw. berkata, “Saya akan membantunya dengan setandan kurma.”
Khaulah pun turut membantunya seraya berkata, “Dan saya akan membantunya dengan setandan lagi.”
Rasulullah Saw. berkata, “Sesungguhnya kamu telah berbuat baik. Pergilah dan bersedekahlah dengan kurma tersebut atas nama dia. Bilang pada putra pamanmu untuk selalu berbuat baik.”
Itulah khaulah dengan kisahnya yang harus dihayati oleh suami istri demi menjaga keharmonisan kehidupan rumah tangga agar tidak terjadi keretakan, khusunya bagi para pasangan yang usianya terpaut jauh antara suami dan istrinya.
Dikisahkan dalam suatu riwayat bahwa pada saat Umar bin Khathtab mengendarai seekor keledai pada masa pemerintahannya ia berpapasan dengan Khaulah. Seketika itu juga Khaulah meminta umar berhenti dan menasihatinya. Melihat hal itu orang-orang disekitar umar kaget seraya berkata, “Mengapa Anda berhenti hanya karena seorang nenek yang tua ini?”
Umar menjawab, “Tahukah kalian siapakah orang tua ini? Dialah Khaulah binti Malik bin Tsa’labah. Allah telah mendengarkan perkataanya diatas langit ke tujuh. Apakah Umar tidak mendengarkan perkataannya pada saat Allah mendengarkan perkatannya?”
Dalam menghadapi problematika rumah tangga, Khaulah binti Malik tidak mengambil jalan kekerasan dan tidak berfikir untuk bertindak brutal. Dia tahu bahwa yang demikian itu bukan etika Islam. Dengan bijaksana, dia memohon kepada Allah dan Rasul-Nya dalam menghadapi setiap persoalan karena keyakinannya bahwa hanya Allah Swt. Yang Mahakuasa yang mampu memecahkan segalanya dan menjadikan kemudahan setelah kesulitan.
Sumber : http://ift.tt/2xBLenL
from Jom Dakwah http://ift.tt/2iaPzfW
via Kuliah Islam
No comments:
Post a Comment