Al-Humaidi berkata, "Al-Imam Asy-Syafi’e menyebutkan hadith pada suatu hari, maka tiba-tiba ada seseorang bertanya kepada al-Imam Asy-Syafi’e, 'Wahai Abu Abdillah, apakah engkau mengamalkan hadits itu?!' Maka tiba-tiba al-Imam Asy-Syafi’e mengigil tubuhnya lalu berkata, 'Wahai seorang laki-laki, apakah kamu melihatku ini seorang Nasrani? Apakah kamu melihat aku keluar dari gereja? Apakah kamu melihat aku memakai ikat pinggang? Saya meriwayatkan hadits dari Nabi صلي الله عليه وسلم kenapa tidak saya mengamalkannya!'.. "
Dikeluarkan oleh al-Imam al-Baihaqi dalam Manaqib Asy-Syafi’e: 1/174 dan Abu Nu'aim dalam Hilyah al-Auliya': 9/106, dari jalan al-Humaidi. Dan juga al-Imam as-Suyuthi menyampaikannya dalam Miftah al-Janah Fil I’tishom Bi Sunnah hlm. 16.
Berdasarkan atsar ini dengan jelas menunjukan larangan bertaklid buta kepada seorang imam tertentu atau bertaklid buta kepada mazhab-mazhab tertentu. Apabila didatangkan kepada mereka hadith yang sahih maka mereka berpaling dan berkata
“Kami berada di atas mazhab al-Imam Asy-Syafi’e” ATAU
“Kami berada di atas mazhab Abu Hanifah”
Berdasarkan daripada atsar ini, jelas menunjukan sikap Imam Asy-Syafi’e. Bagaimana Imam Asy-Syafi’e memisalkan orang-orang yang meninggalkan (tidak mengamalkan) hadith Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam dengan nasrani dan orang-orang kafir. Semoga Allah menjauhkan kita dari kekufuran.
Firman Allah:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cubaan atau ditimpa azab yang pedih. (Surah an-Nur: 63)
Hayatilah bagaimana sikap imam-imam mazhab dan nasihat mereka kepada orang-orang yang bertaklid buta.
Al-Imam Abu Hanifah, Nu’man bin Tsabit mengharuskan untuk mengambil hadith dan meninggalkan taklid kepada pendapatnya yang menyelisihi hadith tersebut, Katanya:
- “Apabila telah sahih sesuatu hadith maka itulah mazhabku”
- “Tidak halal bagi seseorang untuk mengambil semua ucapan kita, selagi dia tidak mengetahui dari mana kita mengambil ucapan tersebut” dan dalam riwayat yang lain beliau menyebut “Haram bagi orang-orang yang tidak mengetahui dalilku untuk berfatwa dengan ucapanku”
Al-Imam Malik bin Anas:
- "Saya adalah seorang manusia biasa, terkadang saya benar dan salah, maka lihatlah terhadap pendapatku kalau sesuai dengan al-Kitab dan as-Sunnah maka ambillah, jika menyelisihi al-Kitab dan as-Sunnah maka tinggalkanlah ucapan tersebut."
- "Tidaklah ada seseorang setelah Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam kecuali akan diambil dan ditinggalkan ucapannya, kecuali Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam."
Al-Imam Asy-Syafi’e:
- "Kaum muslimin telah bersepakat bahawa siapa saja yang telah jelas baginya sunnah dari Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam maka tidaklah halal dia meninggalkan sunnah tersebut kerana ucapan seseorang."
- "Jika kalian menjumpai pada kitab ku suatu pendapat yang menyelisihi sunnah Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam maka ucapkanlah dengan sunnah tersebut dan tinggalkanlah apa yang aku katakan."
Imam Ahmad:
- "Janganlah taklid kepada Malik, Asy-Syafi’e, dan al-Auza'i serta ats-Tsauri, tetapi ambillah dari tempat mereka mengambil."
- "Pendapatnya al-Auza'i, pendapatnya Malik, dan pendapatnya Abu Hanifah, maka semua itu hanya sekadar pendapat saja dan itu menurutku sama saja dengan pendapat yang lain. Yang dijadikan hujjah hanyalah atsar (hadits)."
- "Barang siapa yang menolak hadith maka dia berada di jurang kehancuran." (Lihat Ashlu Sifat Sholat Nabi karangan. Syaikh al-Albani: 1/23-32)
Sumber : http://ift.tt/2wfMS1j
from Jom Dakwah http://ift.tt/2x1kZeb
via Kuliah Islam
No comments:
Post a Comment