Awal tahun 2000-an dulu ada sebuah tayangan televisi berjudul “Tuhan Ada di Mana-Mana”. Dalam kehidupan sehari-hari pun tidak jarang kita mendengarkan kalimat yang serupa. Benarkah Allah ada di mana-mana?
Apabila Allah SWT memberi keterangan tentang di mana keberadaan diri-Nya, tentu sebagai seorang muslim kita tidak bisa menolaknya. Dan sebaliknya, kalau Allah tak memberi keterangan apapun mengenai itu, kita pun akan menggelengkan kepala dan memberi jawaban tidak tahu.
Menariknya, di sinilah yang membedakan keyakinan seorang muslim dibanding keyakinan di luar Islam. Apa titik perbedaannya? Yakni pada cara pandangnya tentang Tuhan.
Muslim yang baik mengetahui Tuhannya melalui penjelasan langsung(melalui Al-Qurán), bukan lewat angan-angan, patung, rasionalitas atau yang absurd lainnya. Rasionalitas memang bisa sekadar membantu memastikan keberadaan Tuhan, tetapi tak mampu menjawab pertanyaan lanjut seperti bagaimana lain seperti sifat-sifatNya atau aturanNya.
Lalu, apakah Allah di mana-mana?
Menurut Ustadz Ahmad Sarwat, Lc., MA melalui laman Rumah Fiqih, mengenai keterangan Allah SWT itu ada di mana-mana, sama sekali sebagai seorang muslim kita tidak mendapatkan dalil yang sharih. Paling jauh ada sebuah ayat Al-Qur’an berikut ini:
Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hadid: 4)
Kata ma’a (lihat dalam kalimat bahasa Arabnya) tidak bermakna menunjukkan tempat ‘seseorang’ berada. Mengapa? Sebab dalam percakapan (sehari-hari), kita bisa mengatakan bahwa saya menyertaimu, meski pada faktanya tidak duduk atau jalan berduaan. Sebab, kebersamaan Allah SWT dalam ayat ini adalah berbentuk muraqabah (pengintiman atau pengawasan).
Saat Rasulullah Saw. berkata kepada sahabatnya, Abu Bakar ra di dalam gua, “Jangan kamu sedih, Allah beserta kita.” Dalam kalimat tersebut bukan berarti Allah SWT berada di situ (baca: ikut masuk ke dalam gua).
Saat Nabi Musa as berkata, “Bersamaku Tuhanku,” Ini bukan berarti Allah SWT ada di situ, di pinggir laut merah ketika itu. Saat bicara Allah itu ada di suatu tempat, maka tak bisa seenaknya disamakan keberadaannya itu dengan kita, sebagai mahluk.
Allah pun ‘mengumumkan’ tentang keberadaannya di di dalam Al-Quran Al-Kariem.
“Tidakkah engkau merasa aman dari Allah yang berada di langit bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersamamu, sehingga dengan mendadak bumi itu berguncang. Atau apakah merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak engkau akan mengetahui bagaimana (akibat) mendustakan peringatanKu”. (QS Al-Mulk: 16-17).
Kita juga bisa temukan di surat yang lain seperti berikut:
“Yang Maha Pemurah itu berada di atas ‘Arsy bersama-sama”.(QS Thaha: 5)
Sebuah hadits juga memberitahukan hal yang tak jauh beda.
Dari Abdullah bin Amr bahwa Rasulullah Saw. bersabda, ”Kasihanilah yang bumi maka kamu akan dikasihani oleh Yang di Langit”. (HR. Tirmizi).
Dalil yang menyebutkan bahwa Allah ada di langit, Arsy atau di tempat yang tinggi itu sangat banyak sekali dalam Al-Quran maupun Sunnah (Hadits).
Kalau engkau tidak menolongnya maka sesungguhnya Allah telah menolongnya ketika orang-orang kafir mengeluarkannya sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS At-Taubah: 40)
Musa menjawab, “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (QS As-Syu’ara: 62).
Sumber : bersamadakwah.net
from Jom Dakwah http://ift.tt/2fTRQe0
via Kuliah Islam
No comments:
Post a Comment